Jumat, 09 April 2010

Inilah Cerita Nabi, Rasul, dan Sahabat




Pada tulisan sebelumnya kita sudah berkenalan dengan Umar bin Khattab dan bagaimana kisah turunnya hidayah dan taufiq dari Allah SWT untuk beliau sehingga dijuluki al-Faruq (sang pembeda) oleh Rasulullah.

Cerita tentang Umar bin Khattab memang belum tuntas. Kiprahnya dalam mendampingi perjuangan Rasul dan umat muslimin sampai memimpin umat islam sebagai Amirul Mukminin adalah seperti legenda tapi nyata. Keberadaannya dalam sejarah Islam benar-benar sebagai pembeda.

Mari kita lanjutkan cerita tentang Umar. Namun kali ini bukan Umar bin Khattab, melainkan Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz adalah salah seorang keturunan Umar bin Khattab yang membawa kembali kejayaan Islam kepada umat muslimin setelah sempat carut-marut dalam teror dan kezaliman. Oleh sebagian ulama, beliau disebut sebagai "Khalifah kelima" yang diakui sebagai Amirul Mukminin setelah Abu Bakar r.a., Umar bin Khattab r.a., Ustman bin Affan r.a.,dan Ali bin Abi Thalib r.a. Sementara, khalifah yang lain saat itu bukanlah khalifah, melainkan pelawak saja.

Cerita tentang Umar bin Abdul Aziz adalah sebuah sejarah Islam yang terdokumentasikan resmi dalam sejarah. Selain dokumen-dokumen resmi yang saya ambil dari buku-buku Islam, informasi cerita juga saya dapatkan dari diskusi dan cerita teman-teman yang juga suka sejarah Islam. Karena cukup panjang, maka cerita ini saya bagi atas dua babak.

Cerita ini khusus saya tujukan kepada Ahmad Muzzaki Imanullah, anak dari sahabat kami Uda Elfahmi Yaman & Uni Yulia yang lahir pada 8 Januari 2006 yang lalu. Harapan saya dan insyaallah kita semua, semoga Ahmad Muzzaki dihidayahkan semangat dan kekuatan seperti Umar bin Abdul Aziz, amin!

Posted in Cerita Nabi, Rasul, dan Sahabat | 1 comment | read more | 1066 reads »

Umar Sang Pembeda

Tanggal 29 Ramadhan 1426 yang lalu, Eko Hardjanto menuliskan tulisan "Siapa yang mengalahkan Al-Faruq?". Al Faruq, atau Sang Pembeda, adalah gelar yang diberikan Rasulullah untuk Umar bin Khattab, khalifah kedua ummat Islam setelah Abu Bakar As-Shiddiq. Kali ini kita telusuri, siapa Umar bin Khatab sehingga diberi gelar al-Faruq ini.

Umar dilahirkan di Mekkah, sekitar 10 tahun setelah kelahiran Rasulullah, dari keluarga Quraish 'Adi. Keluarga 'Adi adalah satu dari 10 keluarga asli Quraish yang menetap di Mekkah. Keluarga 'Adi berasal dari 'Adi bin Ka'ab, seorang diplomat kaum Qurasih Mekkah pada zaman itu. Umar bin Khatab adalah generasi kedelapan dari 'Adi bin Ka'ab.

Posted in Cerita Nabi, Rasul, dan Sahabat | 2 comments | read more | 1656 reads »

Perang Badr
Submitted by Buyung on Sun, 2006-02-12 12:20.
Tulisan ini dikutip dari "Mengenang kembali 1, 2, dan 3 Hijriah" dengan sedikit modifikasi yang insyaallah lebih memperakurat cerita sejarah. Tulisan ini sengaja dimodifikasi untuk masuk dalam kriteria "Cerita Nabi, Rasul, dan Sahabat."

Perang Badar terjadi tepat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Di mulai ketika Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk melawan rombongan kafir Quraish yang sedang dalam perjalanan dari kota Sham ke kota Makkah. Pasukan muslimin saat itu ada 313 orang, terdiri dari 260 bersenjata dan 2 ekor kuda. Rombongan kafir Quraish melarikan diri, tapi Abu Sofyan berhasil meminta bala bantuan kepada rekan-rekannya.

Posted in Cerita Nabi, Rasul, dan Sahabat | add new comment | read more | 513 reads »

Wujud Cinta Untuk Sang Rasul
Submitted by Eko Hardjanto on Sun, 2006-01-22 08:57.
Sebuah kisah mashur dalam sejarah, tercipta setelah Haji Wada’ (haji penghabisan). Kisah tentang wujud cinta yang luar biasa, cinta para Sahabat kepada Rasullullah SAW..

Hari itu pada Haji Wada’, sebuah ayat turun, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagimu”. Para Sahabat bergembira, mereka bersorak “Agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna”. Kegembiraan yang memuncaki 23 tahun perjuangan dengan segenap suka dan duka. Di tengah kerumunan manusia pada hari Haji itu, seorang sahabat mulia justru bersedih. Abu Bakar As-Siddiq, perasaannya yang halus, dan dengan segenap keistimewaan yang ia miliki, ia menangis. Ia memahami di balik kesempurnaan pasti ada kesudahan. Ia menyadari, tidak lama lagi Sang Rasul yang dicintai akan meninggalkan dunia, meninggalkan para sahabat, kembali ke haribaan Allah SWT.